Pendaki
"...janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh..." (31.18)
Alkisah...
Dalam sebuah komunitas pecinta alam, mendaki adalah aktivitas rutinitas. Seorang pendaki disebut hebat tatkala ia mampu menakhlukkan gunung es termasuk gunung yang menjadi momok para komunitas oendaki. Suatu ketika dalam sebuah rencana ekspedisi, sebuah komunitas pecinta alam berencana mendaki gunung es yang konon belum pernah dijamah oleh siapa pun. Namun, dalam komunitas itu, ada seorang pendaki yang berperangai buruk. Seorang pendaki yang angkuh dan egois. Ia berniat menakhlukkan gunung es sendiri. Maka berangkatlah ia dan kawan-kawannya ke tempat tersebut.
Dalam perjalanan, pendaki angkuh itu berjalan di depan tanpa teman. Ia berniat mencapai puncak dan menginjakkan kakinya pertama kali.
"Hai Fulan, istirahatlah dulu. engkau terlampau jauh mendahului kami", teriak sang teman pendaki.
"Ahh... Tidak perlu, aku masih kuat berjalan dan mendaki", ucap si pendaki angkuh seraya tetap berjalan.
"Terserah kau saja lah, kami mau istirahat dulu sambil mengisi perut", kata sang teman.
"Terserah kau lah", guman si pendaki sombong
Setelah hampir mencapai puncak, dan hanya ada si pendaki angkuh yang berada di situ, tiba-tiba cuaca memburuk dan angin bertiup kencang. Batu kerikil mulai menghujani si pendaki angkuh. Sang pendaki pun terjatuh. Namun beruntung, karena ia masih tergantung pada tali ikat pinggangnya yang menyangkut di batang pohon. Lalu dalam kondisi mencekam, terdengar suara menggelegar, "Lepaskan genggamanmu".
Sang pendaki tersentak. Tapi dalih-dalih ia melepaskan talinya, ia tetap menggenggam erat tali. "Tak akan. Tak akan ku lepaskan tali ini. Aku akan jatuh dan mati. Aku akan gagal mencapai puncak"
"Lepaskan genggamanmu dan engkau akan selamat", terdengar suara untuk kedua kali.
"Tidak. Aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan gagal hanya karena ketakutan semacam ini."
Alkisah...
Dalam sebuah komunitas pecinta alam, mendaki adalah aktivitas rutinitas. Seorang pendaki disebut hebat tatkala ia mampu menakhlukkan gunung es termasuk gunung yang menjadi momok para komunitas oendaki. Suatu ketika dalam sebuah rencana ekspedisi, sebuah komunitas pecinta alam berencana mendaki gunung es yang konon belum pernah dijamah oleh siapa pun. Namun, dalam komunitas itu, ada seorang pendaki yang berperangai buruk. Seorang pendaki yang angkuh dan egois. Ia berniat menakhlukkan gunung es sendiri. Maka berangkatlah ia dan kawan-kawannya ke tempat tersebut.
Dalam perjalanan, pendaki angkuh itu berjalan di depan tanpa teman. Ia berniat mencapai puncak dan menginjakkan kakinya pertama kali.
"Hai Fulan, istirahatlah dulu. engkau terlampau jauh mendahului kami", teriak sang teman pendaki.
"Ahh... Tidak perlu, aku masih kuat berjalan dan mendaki", ucap si pendaki angkuh seraya tetap berjalan.
"Terserah kau saja lah, kami mau istirahat dulu sambil mengisi perut", kata sang teman.
"Terserah kau lah", guman si pendaki sombong
Setelah hampir mencapai puncak, dan hanya ada si pendaki angkuh yang berada di situ, tiba-tiba cuaca memburuk dan angin bertiup kencang. Batu kerikil mulai menghujani si pendaki angkuh. Sang pendaki pun terjatuh. Namun beruntung, karena ia masih tergantung pada tali ikat pinggangnya yang menyangkut di batang pohon. Lalu dalam kondisi mencekam, terdengar suara menggelegar, "Lepaskan genggamanmu".
Sang pendaki tersentak. Tapi dalih-dalih ia melepaskan talinya, ia tetap menggenggam erat tali. "Tak akan. Tak akan ku lepaskan tali ini. Aku akan jatuh dan mati. Aku akan gagal mencapai puncak"
"Lepaskan genggamanmu dan engkau akan selamat", terdengar suara untuk kedua kali.
"Tidak. Aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan gagal hanya karena ketakutan semacam ini."
Keesokan harinya, surat kabar memuat berita bahwa ada pendaki yang tewas karena kedinginan dengan kondisi tergantung pada pohon dan hanya berjarak 5 cm saja diatas permukaan tanah.
***
*Diambil dari training emosional dan spiritual sewaktu maba 2008 :D
Komentar