Cinta pada Pasangan (yang Seharusnya)

Suatu pagi sepasang suami istri muda bepergian menggunakan motor. Motor melaju sangat kencang. Seketika sang istri berkata, “Mas, jangan ngebut…Aku takut”.
Lalu jawab sang suami, “tidak dek, ini tidak ngebut, ini biasa saja.”
“Tapi aku takut mas. Kurangi saja kecepatannya”
“Baiklah dek, akan ku kurangi kecepatannya. Tapi, katakana dulu kalau adek cinta sama mas”
“Iya mas, aku cinta padamu. Sekarang, kurangi kecepatannya ya mas…”
“Sekarang, adek bisa ambil helm yang ku pakai? Pakailah… Helm ini menggangguku…”
“Baiklah mas… Ku pakai helmnya”
                                                                      ***
Keesokan harinya, headline surat kabar lokal memberitakan bahwa terjadi kecelakaan sepasang suami istri. Kecelakaan tunggal dimana sepeda motor menabrak tembok sebuah toko. Setelah diselidiki oleh polisi, ternyata rem motor tidak berfungsi. Kecelakaan ini menyebabkan seorang laki-laki meninggal dan seorang perempuan luka ringan. Apa yang terjadi? Sebenarnya, saat motor melaju kencang, sang suami faham bahwa rem tak berfungsi, namun sang suami berusaha tenang dan tidak memberi tahu sang istri agar tak khawatir. Lalu ketika dia meminta istrinya menyatakan cinta padanya, ia sadar bahwa itu akan menjadi pernyataan cinta terakhir untuknya. Pun ia menyuruh sang istri untuk memakai helmnya adalah semata-mata agar istrinya selamat jika kecelakaan akan benar-benar terjadi walau ia tahu bahwa nyawanya pun terancam.

RH - Sham

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel: Kaya vs Miskin

Kiriman dari Madeena (benarkah?)